
Bryan Curtis mulai merokok di usia 13,
tidak pernah melintas di pikirannya 20 tahun kemudian,
hal ini akan membunuhnya
dan menelantarkan istri dan anaknya.
di St.Petersburg,
asap rokok mengambang di udara di kamar tempat Bryan Lee Curtis    berbaring sekarat karena kanker paru-paru. Kepalanya botak karena    kemotherapi terkulai di atas bantal. Tulang2 dagu dan bahu menonjol    kelihatan jelas dari permukaan kulitnya. Matanya terbuka, tetapi dia    tidak bisa lagi bereaksi terhadap ibu atau istrinya,Bobbie, dia menikahi    Bryan dengan upacara yang berlangsung di ruangan ini 3 minggu yang   lalu  setelah dokter menyatakan tidak lagi ada harapan. Meski demikian,   satu  pak rokok dan korek masih terletak di meja dekat dengan ranjang   Bryan.  (Ini yang gila gan) Walaupun tembakau penyebab kanker yang   sekarang  menggrogoti paru-paru dan livernya, Bryan masih merokok sampai   minggu  lalu, sampai tidak mungkin lagi baginya.
Dari tangan Bryan yang kurus, Bobby menyelipkan selembar foto yang    diambil 2 bulan lalu. Foto ini menunjukkan Bryan yang sehat dan berotot    sedang menggendong anaknya yang berusia 2 tahu, Bryan Jr, waktu itu    usianya 33.Dia akan berulang tahun tanggal 10 may.

Diseberang ruangan, seorang kemenakan Bryan berusia 20 tahun mematikan    rokoknya ke dalam asbak.Mengumpulkan puntungnya dengan banyak puntung2 
rokok    lainnya. Bobbie curtis mengatakan, kemenakannya ini akan berhenti    merokok setelah prosesi pemakaman nanti, tetapi saat ini masih terlalu    sulit. 
Demikian juga dengan ibu Bryan, yaitu Louise Curtis."Saya tidak dapat    melakukannya sekarang " katanya, walaupun dia berharap bisa melakukannya    setelah pemakaman.
Bryan tahu betapa beratnya untuk berhenti merokok. 
Tetapi saat dia menyadari dia akan mati karena kebiasaan ini, dia    berpikir, mungkin dia dapat membujuk beberapa anak kecil untuk tidak    mulai merokok. Mungkin kalau mereka dapat melihat dagunya yang melorot,    bgmn sulitnya bernapas, tubuhnya yang gemetar, ini mungkin akan    menakutkan bagi mereka. Akhirnya ditetapkanlah suatu misi untuk hal ini    bbrp minggu terakhir sebelum kematiannya.
***Bryan mulai merokoksejak dia berusia 13 tahun,2 pak sehari. Dia    bicara mengenai berhenti merokok dari waktu kewaktu, tapi tidak pernah    serius dilakukan. Masih banyak waktu pikirnya. Orang tua kena kanker,    bukan orang pada usia 30 an, bukan orang yang bekerja dibagian    konstruksi, sebagai tukang talang ataupun mekanik. 
Dia tidak punya asuransi kesehatan, tapi yang sangat dia kuatirkan    adalah ibunya 57 tahun, yang merokok sejak usia 25. Dia akan berkata    "Ibu, jangan kuatirkan saya , kuatirkan diri ibu sendiri, saya sehat"    tutur Louise Curtis mengulangi perkataan Bryan.
Bryan mengetahui sakitnya, beberapa hari setelah dia pergi ke rumah    sakit, karena sakit perut. Ternyata dia memiliki flek sel kanker di    paru-parunya yang telah menyebar ke liver. Dia mungkin kena tidak lama.    Atau disebut juga sel kecil kanker paru, pembunuh yang agresif, yang    akan merenggut liver korbannya hanya dalam beberapa bulan.
Dr keluarga Curtis, dr Jeffrey Paonessa, mengatakan dia melihat banyak    kanker paru pada dewasa muda. "Kami melihat kanker paru lebih awal dari    biasanya , karena orang mulai merokok pada usia yang lebih muda"   katanya  lagi, "Kemotherapy kadang memperlambat prosesnya, tapi akan   memberikan  sedikit efek negatif pada kasus Bryan" 
Bryan juga menyadari beberapa hari setelah diagnosanya, dia menginginkan    untuk menyelamatkan seorang anak dari nasib yang sama dengannya. Dia    duduk dan berbicara pada Bryan Jr dan anak perempuannya(9 th) Amber,    yang pernah ketahuan merokok sembunyi-sembunyi. Tapi dia menginginkan    lebih, dia ingin cerita mengenai riwayatnya didengar. 
Ketika dia masih mampu keluar rumah, anak2 akan menatapnya. "Mereka akan    datang dan menatapnya, karena dia nampak ganji" kata Louise Curtis    "Bryan akan menatapnya dan berkata ,"Ini yang akan terjadi kalau kamu    merokok". Anak-anak akan berkata"Hey bung, saya tidak percaya" cerita    Louise Curtis.
Dalam beberapa minggu terakhir, ibu Bryan berada dalam misi yang sama.    Dia menelpon koran, radio dan stasiun televisi, mencari orang yang mau    menceritakan riwayat anaknya, harapan menolong memberikan keinginan    terakhir sebelum kematiannya. Bryan tidak pernah bisa berbicara didepan    umum. Dia berbicara terakhir 1 jam sebelum kunjungan dari wartawan   Times  dan juru fotonya.
"Saya terlalu kurus, saya tidak dapat melawannya lagi" dia berbisik ke    ibunya 3 Juni jam 9.00. Dia meninggal pada hari itu jam 11.56 pagi,    hanya 9 minggu setelah diagnosa.

Bryan Lee Curtis Sr. dimakamkan di Memorial Park Cemetery di St.Petersburg , tgl 8 Juni, hari yang mendung seolah mau hujan.

Ketagihan jauh lebih kuat dari pada ketakutan.
Selang acara pemakaman selesai, beberapa saudara yang berkumpul mulai lagi untuk menyulut rokoknya.
sumber